KUPANG,fokusnusatenggara.com- PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bank NTT saat ini banyak menuai kritik. Dari sisitim pengelolaan manejemen yang buruk hingga berdampak pada kondisi laba yang menurun. Bahkan lebih mirisnya lagi, selama 3 tahun terakhir kondisi laba Bank NTT menurun drastis.
Tulisan saya kali ini ingin mempertegas pendapat bapak Gabriel Goa dalam tulisannya sebelumnya yang menyoroti tentang kinerja laba Bank NTT 3 tahun terkahir yang terus menurun. Basis data yang digunakan oleh Gabriel Goa dalam analisisnya sudah cukup kuat untuk memastikan bahwa kinerja bank NTT saat ini dalam kondisi yang sudah tidak ideal lagi. Di quartal pertama (Q1) tahun 2023 yakni bulan April 2023, perolehan keuntungan Bank NTT semakin berkurang dari tahun-tahun sebelumnya.
Jika 3 tahun lalu yakni pada bulan April tahun 2020, Bank NTT mampu mecatat keuntungan sebesar Rp 109.573 juta atau (Seratus Sembilan Milliard Lima Ratus Tujuh Puluh Tiga Juta Rupiah), maka tidak demikian halnya yang terjadi pada bulan April tahun 2023 ini , bank NTT hanya mampu mencatat laba sebesar Rp 50.182 juta (Lima Puluh Milliard Seratus Delapan Puluh Dua Juta Rupiah) atau hanya mencapai 46% dari perolehan di bulan yang sama tahun 2020.
Demikianpun kondisi tahun berikutnya, pertumbuhan laba di bulan April tahun 2021 juga menurun menjadi Rp 65.668 juta . Lalu di bulan April tahun 2022, laba sedikit membaik karena sedikit lebih tinggi dari bulan April tahun 2021 yakni sebesar Rp 67.265 juta , namun perolehan tersebut tetap masih jauh di bawah perolehan laba bulan April tahun 2020. Demikian seterusnya hingga bulan April tahun ini (2023) juga turun tajam dari perolehan laba tahun 2022.
Berikut saya sajikan lengkap pertumbuhan laba ,asset dan kredit yang saya olah kembali dari website www.bpdntt.co.id 2022, seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini,
Kecenderungannya laba dari tahun ke tahun terus menurun. Berikut ilustrasi dalam bentuk grafik. Kiranya dapat memudahkan pembaca memahami kecenderungan penurunan laba tersebut. Berdasarkan sajian data seperti yang di tampilkan pada tabel 1 di atas tampak ada anomali pertumbuhan laba di tiga tahun terakhir ini. Anomlai itu terungkap dari realitas pertumbuhan kredit yang terus bertambah setiap tahun, namun mengapa tidak diikuti oleh pertumbuhan laba. Jika di quartal 1 (Q1) tahun 2020 baki debet kredit tercatat Rp 10,07 Trilun lalu pada TA quartal 1 (Q1) tahun 2023 baki debet krdit bertambah menjadi Rp 11,7 Triliun. Rumusan sederhananya bahwa semakin besar baki debet kredit, maka semakin pula pendapatan bunga kredit yang di peroleh, sebagai komponen pendapatan bank.
Pendapatan bank ini adalah komponen pembentuk laba. Tentunya ada yang salah urus di sini. Otoritas bank dalam hal ini OJK (Otoritas Jasa Keuangan) NTT patut turut serta bersuara tentang anomali ini.
Grafik 1
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.