KUPANG,fokusnusatenggara.com- Ada yang menarik dari rangkaian kegiatan peringatan HUT Partai Golkar ke-53 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kali ini. Selain kegiatan bhakti sosial, pada perayaan kali ini jajaran pengurus DPD partai Golkar NTT juga melakukan silaturahmi ke senior dan sesepuh partai berlambang beringin ini.
JN Manafe, mantan ketua DPD partai Golkar era tahun 80 an, pada kesempatan siang itu mendapat kunjungan istimewa dari Ketua DPD partai Golkar NTT, Melki Laka Lena. Politisi hebat yang amat disegani di eranya, ternyata masih sehat bugar di usia 84 tahun. Ketua Golkar NTT kedua pasca Ben Mboi ini punya segudang prestasi cemerlang yang patut diteladani generasi muda Golkar saat ini. Karena itu, di usia Golkar ke-53, Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Melki Laka Lena, berusaha merajut dan merangkul kembali para senior Golkar. Ia berusaha menyatukan gagasan para senior untuk menjadi pedoman dalam menahkodai Golkar saat ini. JN manafe pun bernostalgia politik bersama Melki dan sejumlah pengurus dan kader Golkar.
Politisi kawakan yang terkenal tegas dan memimpin golkar di usia muda itu pun bernostalgia tentang kiprah politiknya. Ia memberikan energi positif dan spirit baru kepada kader Golkar untuk selalu saling menghargai dalam kebersamaan, yang dibingkai dalam prinsip keadilan sosial.
“Hari ini, bertepatan dengan HUT Golkar ke-53, kami bersilahturami ke senior-senior Golkar. Ke pusarah mereka yang sudah almarhum maupun dengan yang masih hidup. Dan, sore ini kita berjumpa dengan sesepuh Bapak JN Manafe. Kita ingin mendengar cerita kejayaaan Golkar masa lalu, dan mendapat nasehat dan motivasi untuk memimpin Golkar menghadapi dinamika politik ke depan,” kata Melki Laka Lena, membuka percakapan bersama politisi senior JN Manafe, di Hotel Maya, Jumat (20/10).
JN Manafe pun mulai berkisah. Meski sudah tua dan ompong, juga pikun, tapi ingatannya masih kuat. Di usia 12 tahun, persisnya tahun 1943, JN Manafe sudah tinggalkan orangtua di Rote Ndao untuk bersekolah di Kupang, “Saya bersyukur pada Tuhan, karena di usia 12 tahun, saya tinggalkan Rote untuk sekolah di Kupang, belajar untuk mandiri dalam berpikir dan mengatasi masalah sendiri, dan sekolah tertinggi di NTT saat itu hanya Sekolah Dasar (SD),” kata mantan Ketua DPRD NTT ini.
Selepas SD itu, ia memasuki dunia kerja bersama orang Belanda di Jakarta, hingga secara diam-diam ikut testing masuk Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di Depdagri, lalu diterima masuk APDN di Malang angkatan pertama tahun 1954. “APDN pertama itu dibuka oleh Presiden Bung Karno,” ujarnya.
Ia menuturkan, selesai pendidikan di APDN, ia ditempatkan sebagai Pamong Praja pertama di Denpasar, Bali, kemudian tahun 1960 dimutasikan ke Komando Resort Militer (Korem) Kupang. Aura kepemimpinannya mulai nampak karena ketegasannya, sehingga tahun 1964, JN Manafe ditunjuk menjadi Sekretaris Bersama (Sekber) Golkar NTT, yang adalah cikal bakal lahirnya Partai Golkar. “Saat itu kita dibina di lingkungan militer jadi ada sikap tegas dan keras. Tapi tahun 1970 saya pindah lagi ke Denpasar sebagai Sekretaris Panglima hingga tahun 1974 ditunjuk sebagai Komandan Kodim Kupang yang juga membawahi TTS dan Alor,” cerita Manafe.
Kiprah politiknya di Partai Golkar mulai nampak jelas ketika ia dipercayakan sebagai ketua DPD I Partai Golkar NTT antar waktu tahun 1974, menggantikan Ben Mboi yang saat itu menjabat Kepala Rumah Sakit dan Kepala Dinas Kesehatan NTT, dimutasikan ke Jakarta. “Waktu itu kita menghadapi Pemilu tahun 1977. Dan, Tuhan sayang, saat itu Golkar meraih 90 persen dukungan, naik dari pemilu 1972 yang hanya 60 persen. Karena perolehan suara terus naik, maka pada Pemilu tahun 1982, Golkar tetap mempertahankan posisi 90 persen, saya terpilih kembali sebagai Ketua sekaligus Ketua DPRD NTT, kemudian diambil alih oleh (alm) Pa Titus Ully (orang tua dari Bapak Jacki Uly, Red),” jelas JN Manafe, yang sukses membesarkan tiga politisi kawakan Golkar; Pieter Boliona Keraf, Melkiadus Adoe, dan Mel Yakob (alm).
Karena prestasinya yang luar biasa dalam membesarkan Partai Golkar dan kadernya, meski sudah ‘pensiun’ dari Golkar, JN Manafe masih dipercayakan oleh Gubernur Herman Musakabe saat itu, untuk memimpin Golkar NTT. “Pak Herman Musakabe itu anak muda yang cerdas. Tahun 1992, dia minta saya menjadi ketua golkar untuk bisa mendukung pemerintah dan pembangunan, sampai Golkar menjadi pemenang Pemilu lagi tahun 1997 dengan perolehan 98 persen,” kata Manafe.
Pelajaran berharga dari seorang JN Manafe, ketika memimpin Golkar yang selalu gaduh dengan dinamika politiknya yang keras, ia selalu santun memimpin. “Trik saya, dalam rapat yang alot dan panas, saya selalu biarkan semua orang bebas bicara, setelah semua bicara baru saya bicara dan langsung ambil keputusan. Artinya, kita harus menghargai pendapat orang siapapun dia,” cerita Manafe.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.