KUPANG,fokusnusatenggara.com — Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel MelkiLaka Lena secara resmi membuka Indonesian Association for Public Administration (IAPA) International Conference and Congress 2025 yang diselenggarakan di Grha Cendana Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Rabu (29/10/2025).
Konferensi internasional bergengsi ini mengusung tema “Indigenous Public Administration: Bridging Tradition, Innovation, and Governance for a World-Class Public Sector” atau “Administrasi Publik Berbasis Kearifan Lokal Menjembatani Tradisi, Inovasi, dan Tata Kelola Menuju Sektor Publik Kelas Dunia.”
Tema tersebut menyoroti pentingnya menjadikan kearifan lokal sebagai fondasi inovasi dalam tata kelola publik modern.
Acara pembukaan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting antara lain Wakil Gubernur NTT, Johny Asadoma, President of The IAPA, Agus Pramusinto, Wakil Rektor III Undana Kupang, Siprianus Suban Garak, Dekan FISIP Undana Kupang, William Djani, dan Plh. Sekda Kota Kupang, Yanuar Dally.
Hadir pula para pembicara utama internasional (keynote speakers) yakni Stein Kristiansen (Norwegia), Kwon Gi Heon (Korea Selatan), dan Agostinho Letencio de Deus (Presiden Civil Service Commission Timor Leste).
Forum akademik internasional ini dimoderatori oleh MR Khairul Muluk, dan menghadirkan narasumber lintas negara, Aloysius Liliweri, (Indonesia – Undana), Richard Mahuze, (Amerika Serikat), serta Ederson Delos Trino Tapia (Filipina).
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan penghargaan atas terselenggaranya konferensi ini di Kota Kupang, jantungnya Nusa Tenggara Timur yang menjadi titik temu gagasan antara tradisi dan inovasi.
“Digitalisasi, kecerdasan buatan, dan tata kelola berbasis data menuntut birokrasi yang adaptif, transparan, dan inklusif.
“Namun, dalam kecepatan perubahan itu, kita tidak boleh kehilangan akar dan jati diri. Tradisi dan kearifan lokal adalah fondasi yang menjaga agar inovasi tidak kehilangan arah,” kata Gubernur Melki.
Ia menegaskan, administrasi publik tidak semata sistem rasional, tetapi juga ruang budaya yang menempatkan manusia, komunitas, dan alam dalam satu kesatuan.
Dalam konteks ini, NTT dipandang sebagai laboratorium alami bagi praktik tata kelola publik berbasis kearifan lokal.
“Masyarakat NTT telah lama hidup dalam nilai gotong royong, solidaritas, dan keadilan sosial. Pemerintah berupaya menerjemahkan nilai-nilai ini ke dalam tata kelola modern yang tetap berpijak pada akar lokal,” ujarnya.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
Ikuti Kami
Subscribe
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.











