Pilkada kota Kupang, Nusa Tenggara Timur tinggal sembilan hari lagi. Para pasangan calon melalui tim pemenangan dan relawan serta simpul gerakan melakukan berbagai manuver politik. Bahkan ada oknum yang secara terang- terangan mendukung pasangan calon tertentu dengan melegitimasi etnis masyarakat tertentu pula.
Namanya politik, setiap dukungan tentu ada rasionalisasi politiknya. Bukankah politik adalah permainan diksi semata?. Barang siapa mengemas isu lebih seksi, tentu akan bisa menguasi panggung. Namun sangat ironis ketika etnis, atau komponen masyarakat tertentu ‘didagangkan’ hanya untuk memuaskan ‘syahwat’ politik individu.
Sabtu, 4 Februari 2017 tentu masih terekam dalam memori kita, ketika etnis masyarakat Sabu Raijua secara terbuka menyatakan dukungan politik ke Paket Sahabat (Jonas salean – Niko Frans), yang dimotori oleh Nikodemus Rihi Heke, Pelaksana Tugas Bupati Sabu Raijua. Tidak ada yang salah dengan dukungan itu. Tapi kalau mau kita jujur dan analisa lebih jauh, akan muncul pertanyaan mendasar, “ Apa benar Masyarakat Sabu Raijua Tulus mendukung Paket sahabat”?.
Jawabannya sederhana. Mari coba kita melihat secara politis dukungan tersebut. Apa benar Nikodemus Rihi Heke mewakili seluruh masyarakat Sabu Raijua di Kota Kupang yang memiliki hak memilih yang sah? Tentu tidak. Sebab Nikodemus adalah sosok biasa saja, yang kebetulan memiliki tugas dan dipercayakan oleh rakyat dan konstitusi untuk memimpin Kabupaten Sabu Raijua.
Kalau tidak, tentu pertanyyan berikutnya, lantas mengapa Nikodemus Rihi Heke begitu getol dan semangat mendeklarasikan dukungan tersebut? Jawabannya sederhana pula. Nikodemus adalah Ketua Golkar Sabu Raijua. Tentu sebagai rasa solidaritas dan bertameng sama-sama berjuang, dirinya harus dan wajib mendukung pasangan calon Walikota Kupang yang diusung oleh Partai Golkar. Karena sudah menjadi sebuah keharusan secara politis, maka tentu lebih meyakinkan dirinya harus bisa melegitimasi dukungan tersebut dengan menyatakan diri sebagai sesepuh masyarakat Sabu Raijua.
Inilah politik. Yang hanya bertarung dalam strategi permainan diksi. Tentu ada harga yang harus dibayar Nikodemus Rihi Heke dengan dukungan tersebut. Kalau niatnya mendukung atas dasar tenggang rasa karena dirinya bersama Jonas Salean adalah sama sama Ketua Golkar tingkat kabupaten, Sangat Prematur. Tapi kita harus meyakini bahwa Nikodemus memiliki agenda tersembunyi dengan sikap politik tersebut. Agenda tersebut tentu diikuti juga dengan obsesi politik yang besar.
Sikap politik ini tidak bisa kita nafikan semata. Sebab kompetitor Paket Sahabat kali ini adalah FirmanMu (Jefri Riwu Kore – Herman Man). Kalau mau fair seharusnya dukungan berdasarkan etnis itu harusnya ke paket FirmanMu. Sebab secara emosional, masyarakat Sabu Raijua tentu merasa memiliki sosok putra sabu asli, yang lebih tulus memaknai arti dari “Cium Sabu” ketimbang sosok Jonas Salean.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.