Dalam menyusun kurikulum lanjut Musa, Dinas PK Kab. TTS bekerja sama dengan ICRAF Indonesia yang sedang melaksanakan kegiatan riset-aksi Land4Lives alias #LahanuntukKehidupan di Kabupaten TTS dengan dukungan pendanaan dari pemerintah Kanada. Land4Lives bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi dampak buruk dari perubahan iklim.
“ Salah satu fokusnya ialah pengembangan kurikulum tentang pangan lokal untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan keterampilan masyarakat. Ini khususnya generasi muda, terhadap pangan lokal dan keterkaitannya dengan ketahanan iklim ,” katanya.
Sementara itu pihak Research Officer ICRAF Indonesia, Syifa Fitriah Nuraeni, yang masuk dalam tim pengembang Kurikulum Mulok, menjelaskan, pangan lokal dapat menjadi salah satu pendukung ketahanan pangan.
Peristiwa cuaca ekstrem, yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim, berdampak pada produksi pangan. Hal itu dapat mengakibatkan pasokan pangan berkurang sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan pangan yang cukup, aman, dan bergizi.
“Salah satu solusinya adalah pangan lokal, yang dapat ditumbuhkan di dekat tempat tinggal kita juga sudah beradaptasi dengan cuaca dan kondisi daerah asalnya sehingga lebih tahan terhadap perubahan iklim. Selain itu, pangan lokal juga sehat dan bergizi,” jelasnya.
Menurut survei World Resources Institute pada tahun 2021, Indonesia memiliki banyak jenis pangan lokal. Setidaknya ada 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 228 jenis sayur-sayuran, 77 jenis sumber protein, dan 38 jenis buah-buahan.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.