BETUN,fokusnusatenggara.com– Selasa, 14 Juli 2020. Waktu itu masih jam 9 pagi. Saya kebetulan ada di Betun, ibu kota Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai seorang jurnalis, tujuan saya di Betun waktu itu hanya satu. Saya datang untuk melakukan tugas jurnalistik, berkaitan dengan sepak terjang Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran.
Sambil menunggu hujan reda, kebetulan saya menginap di sebuah hotel yang dekat dengan Kantor Dinas Kominfo Malaka, saya berkomunikasi melalui WhatsApp dengan Hery Klau, salah seorang staf Dinas Kominfo, yang juga sebagai Tim Penulis Buku “3 Tahun Stefanus Bria Seran Memimpin Malaka”.
Selain sebagai staf Dinas Infokom Malaka, Hery yang sekarang menjadi seorang ASN, dulunya adalah teman saya sesama jurnalis pada kurun waktu 2004 hingga 2005. Namun yang menjadi topik komunikasi kami berdua pagi itu, seputar soal buku yang ditulis Hery bersama rekan-rekannya.
Satu jam berselang, hujan nampaknya tidak reda. Saya nekad bersepada motor menuju kantornya. Disana, saya diajak menemui Kadis Infokom Malaka, Brinsina Elfrida Klau, yang juga mantan wartawan Pos Kupang dan masuk sebagai tim penulis. Sedikit basa basi, menanyakan khabar, serta romantisme soal awal tahun 2000 ketika menjadi kuli tinta sebagai pembuka topik diskusi kami.
Sekitar 30 menit saya berada di ruangan itu. Kemudian saya pamit untuk lanjutkan perjalanan menuju Bani-bani, kampung leluhur saya yang jarak tempuhnya sekitar satu jam dari Kota Betun. Sebelum keluar, saya dikasih buku setebal 190 halaman tersebut. Bahagia bisa dapatkan buku itu. Minimal sebagai jurnalis ada data yang bisa saya narasikan dengan baik soal keberhasilan Bupati Stefanus Bria Seran.
Selang beberapa hari, saya sampai di Kupang. Saya kemudian mulai membuka helai demi helai halaman buku tersebut. Mata saya tertuju pada halaman 39, dimana pada halaman itu terdapat topik soal “Malaka Menurut Para Ahlli dan Masyarakat”. dari beberapa tokoh yang ada dalam buku itu, saya cukup kenal dengan baik. Bahkan bukan sekedar nama mereka, tetapi keahlian mereka dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
Namun, ada tiga orang dengan disiplin ilmu kedokteran yang namanya awam bagi saya. Mereka bertiga adalah Prof. DR. dr. Magdalena Sidhartani Zain. MSc, SpA(K) (Guru Besar Universitas Diponegoro Semarang), Dokter Suhartono dan Dokter Agneta, Alumnus Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang-Jawa Tengah, teman seangkatan Dokter Stefanus Bria Seran.
Menurut Dokter Magdalena dalam buku itu, dirinya mengenal Stefanus Bria Seran saat masih mengajar di Fakultas Kedokteran, Undip Semarang. Menurut teman-teman dosen seperti pengakuan Magdalena, sosok Stef, biasa ia disapa, sangatlah cerdas. Bahkan soal kecerdasaan seorang Stefanus Bria Seran, diakui Magdalena menjadi buah bibir para staf pengajar di Undip Semarang kala itu.
Suatu waktu, saat bertugas ke NTT, Magdalena sempat bertemu dengan Stefanus Bria Seran yang saat itu menjabat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT. “ Saya melihat betapa dirinya sangat berkualitas saat berbicara maupun menyapa setiap tamu yang datang,” ungkap Magdalena dalam buku itu.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.