“ Aspirasi perjuangan merebut kembali kemerdekaan yang dicapolok Indonesia, lengkap koronologisnya. Aspirasi itu juga diberika kepada dunia luar termasuk LSM yang selama ini peduli tentang nasib bangsa Papua yang direbut itu ,” katanya.
Pernyataan Sebby ini ada benarnya karena sesuai video yang beredar di medsos. Saat Missa di Vanimo, ketika paus melewati barisan umat ada sejumlah umat umat dari Jayapura sambil menangis meneriakan, Papa Fransisco, Help West Papua, Help West Papua sambil menangis.
Sementara itu pemuda Timor Leste, Feliciano de Araujo yang mengkoordinir 100 anak buahnya mencetak bendera Bangsa Papua menegaskan hal itu dilakukan
“ Timor Leste ini dulunya senasib dengan Papua. Kemerdekaan kami 1975 lalu dengan Presiden Nicolao Lobato kemudian dicaplok Indonesia. Namun perjuangan selama 20 tahun lebih akhirnya kami berhasil merdeka, melepaskan diri dari kolonial Indonesia. Nasib bangsa Papua lebih sadis lagi. Sudah merdeka lalu dicaplok Indonesia. Konyolnya Presiden Indonesia kala itu memerintahkan “ Bubarkan Negara Boneka Papua”. Masa orang punya negara yang berdaulat, merdeka lalu dikatakan negara Boneka ? Ini sangat aneh kan ,” kata Feliciano de Araujo.
Lebih lanjut Feliciano yang juga alumni salah satu Perguruan Tinggi ternama di Indonesia ini menyebutkan kala masih kuliah di Jawa dulu sering diskusi bersama mahasiswa Papua.
“ Jadi saya memahami betul apa yang diperjuangkan sesama saudara kami di Papua saat ini. Mereka yang berjuang merdeka saat ini betul sekali. Ada dasar hukumnya antaranya ada agrimen antara PBB, Belanda. Karena tergerak hati bertepatan dengan kunjungan paus ini kami lakukan aksi bantua Papua ,” tegas Feliciano de Araujo.
Feliciano juga menyebutkan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan aparat keamanan di Dili untuk menyampaikan aspirasi nasib bangsa Papua kepada Paus Fransiskus. Antaranya melalui bentangkan bendera Bintang Kejora dan aspirasi tertulis yang diserahkan kepada Paus melalui stafnya.
‘ Jadi selain sampaikan aspirasi terbuka, bentangkan bendera Bintang kejora, juga ada yang tertulis. Kami laporkan sejarah nasib bangsa Papua yang dicaplok Indonesia. Juga menyangkut pelanggaran HAM, pembunuhan sejumlah orang asli Papua. Jadi apa yang kami lakukan ini bukan makar dan melanggar hukum,” sebut Feliciano.
Karena sesuai refrensi sejarah PPEPERA di Papua jelas Feliciano antaranya saat itu Ali Murtopo dan Bambang Warih Kusumo sebagai pelaksana belakangan terungap sesuai temuan sejumlah professor di Belnda dimana penuh kecurangan dan penipuan.
“ Temuan ahli dari Belanda antaranya saat itu orang Papua pilih merdeka tetapi oleh sejumlah pelaku Pepera merubah sisi pilihan, ikut bergabung dengan Indonesia. Ini Fakta sejarah yang diungkap oleh ahli, bukan orang Indonesia loh ,” ungkap Feliciano de Araujo.
Terakhir Feliciano mengharapkan dengan kunjungan Paus di Papua Nugini dan Timor Leste ini akan membawa hasil baik.
“ Harapan saya kunjungan Paus membawa berkat bagi nasib Bangsa Papua. Ingat 1989 lalu Paus Johanes Paulus II mengunjungi Timor Leste. Setelah itu melalui perjuangan yang dibantu Tuhan, akhirnya Timor Leste merdeka. Doa kami, Tuhan campur tangan bantu saudara kami di Papua merebut kembali kemerdekaan yang dicaplok Indonesia ,” harap Feliciano de Araujo
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.