KUPANG, fokusnusatenggara.com — Menjelang perayaan Hari Raya Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, kondisi inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tetap berada dalam kondisi stabil dan terkendali. Berdasarkan data terbaru, inflasi NTT pada November 2025 tercatat sebesar 2,40 persen (year on year), masih berada dalam rentang target nasional 2,5 persen ± 1 persen, serta lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,72 persen. Capaian ini menempatkan NTT sebagai provinsi dengan inflasi terendah ke-10 di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Provinsi NTT Tahun 2025, yang dibuka secara resmi oleh Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, di Hotel Harper Kupang pada Sabtu (6/12/2025).
Dalam sambutannya, Gubernur Melki Laka Lena menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan yang selama ini bekerja sama menjaga stabilitas harga di daerah, mulai dari TPID, perangkat daerah, Bank Indonesia, Bulog, hingga pelaku usaha dan perbankan.
“Stabilnya inflasi ini bukan kebetulan, tetapi hasil dari kerja kolaboratif dan konsisten sepanjang tahun. Kita pastikan daya beli masyarakat terjaga dan ketersediaan bahan pokok aman hingga akhir tahun,” ujar Gubernur.
Secara spasial, inflasi di lima wilayah Indeks Harga Konsumen (IHK) di NTT juga menunjukkan kondisi yang sehat. Maumere mencatat inflasi terendah sebesar 1,31 persen, disusul Waingapu 2,00 persen, Ngada 2,08 persen, Timor Tengah Selatan 2,40 persen, dan Kota Kupang 2,62 persen.
Gubernur menjelaskan bahwa keberhasilan pengendalian inflasi didukung oleh 1.338 kegiatan pasar murah, sidak pasar, pemantauan distributor, operasi pasar, pengawasan stok Bulog, hingga penyaluran bantuan pangan yang dilakukan secara rutin di seluruh kabupaten/kota.
BI Proyeksikan Inflasi Akhir Tahun Tetap Terkendali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Adidoyo Prakoso, memaparkan bahwa inflasi Desember 2025 diproyeksikan tetap terkendali meskipun terdapat potensi peningkatan permintaan jelang Natal dan Tahun Baru, serta dampak cuaca terhadap produksi perikanan dan hortikultura.
Menurut BI, sejumlah faktor penahan inflasi di antaranya adalah penurunan tarif angkutan udara seiring bertambahnya rute dan maskapai, stabilisasi harga energi tertentu oleh pemerintah, operasi pasar, serta penyaluran beras SPHP.
BI juga merekomendasikan penguatan cadangan pangan melalui Pekarangan Pangan Lestari, optimalisasi peran NTT Mart sebagai offtaker hasil panen petani, kelancaran distribusi melalui revitalisasi pelabuhan, serta penguatan komunikasi publik berbasis digital.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
Ikuti Kami
Subscribe
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.











