Kupang, fokusnusatenggara.com / 31 Juli 2019
Provinsi NTT memiliki tiga produk industri lokal yang bakal menjadi unggulan terbaru di NTT dan juga didunia internasional. Ketiganya adalah tenunan, Miras Sophia dan Sei ( daging sapi dan babi ) yang dipanggang dengan asapan kusambi.
“Kami di NTT saat ini tengah mengembangkan tiga produk industri yang menjadi unggulan baru yakni tenunan, SophiA dan Sei.” Tenunan, Sophia dan Sei akan menjadi industri utama di NTT. Saya pastikan sebentar lagi ketiga industri ini pasti akan dikenal di dunia internasional ,” kata Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ketika menerima kunjungan Ketua Komisi A DPRD Provinsi Maluku bersama dua orang anggotanya ( 30/7). Kedatangan mereka untuk menggali informasi lebih tentang pembangunan di NTT yang kian berkembang.
Gubernur Viktor mengatakan sejak dulu kala, tenunan sudah dikerjakan oleh para leluhur di NTT, begitu juga sopi. Jadi, pemerintah tidak perlu mengajarkan lagi cara membuatnya. “ Saat ini, kami hanya perlu fokus pada bagaimana pemasarannya. Demikian juga Sei, salah-satu makanan khas NTT yang sudah ada sejak dulu,” sambung Viktor Bungtilu Laiskodat.
Dia menyebutkan untuk tiga produk industry ini akan dipromosikan di Indonesia dan dunia internasional. “ Beberapa waktu lalu, saya membawa anak-anak dari Kabupaten Sabu Raijua untuk memperkenalkan tarian juga tenunan mereka di festifal pariwisata yang berlangsung di Norwegia. Hasilnya sangat luar biasa, semua tenunan yang dibawa habis terjual, bahkan banyak juga yang sempat memesannya,” kata gubernur VIktor.
Sekarang jelas Viktor BUngtilu Laiskodat, dunia mulai mengenal yang namanya SophiA (Sopi Asli). “ Awal saya perkenalkan produk ini, banyak yang menentang, tetapi apa hasilnya sekarang? Saat ini negara Rusia meminta produk SophiA ini untuk keperluan pembuatan Vodka. Hal ini tentu akan semakin meningkatkan pendapatan kita ,” jelas Viktor Bungtilu Laiskodat.
Selain tiga produk industri tersebut, Gubernur Viktor juga memperkenalkan satu-satunya pohon ajaib yang telah diakui khasiatnya oleh WHO yakni kelor. ” Saat ini kelor di NTT sangat diminati oleh Jepang. Bahkan permintaan mereka tidak tanggun-tanggung, 40 ton per minggu,” ujarnya.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.